TUGAS
PROSES INDUSTRI
Kelompok 4
Nama : 1. Edo Elando
2. Hendi A
3. Iysa
Rifkie T
4. Otong
Irwan
5. Primanda
Agung M
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2012
1.1 Gas Untuk Industri
a. Karbon
di oksida
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di
hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran
mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga
dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat
(misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik
untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan.
Ø Produksi
dalam skala industri
Karbon dioksida secara garis besar
dihasilkan dari enam proses:
1.
Sebagai hasil samping
dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana metana dikonversikan menjadi
CO2.
2.
Dari pembakaran kayu
dan bahan bakar fosil
3.
Sebagai hasil samping
dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan minuman beralkohol
lainnya
4.
Dari proses penguraian
termal batu kapur, CaCO3
5.
Sebagai produk samping
dari pembuatan natrium fosfat
6.
Secara langsung di
ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari pengasaman air pada
batu kapur atau dolomit.
b.
Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem
tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur
golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur
lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua
atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan
rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan
unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan unsur paling
melimpah di kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer
bumi.
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada
organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen.
Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang
hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang,
dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir
semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan
bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2
kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.
Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada
atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada
permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
c.
Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani:
hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang
memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen
tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan
merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794
amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan
persentase kira-kira 75% dari total massa unsur alam semesta. Kebanyakan
bintangdibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma. Senyawa hidrogen relatif
langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara
industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat
dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara
komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.
Isotop hidrogen yang paling banyak dijumpai di alam
adalah protium, yang inti atomnya hanya mempunyai proton tunggal dan tanpa
neutron. Senyawa ionik hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun
negatif (anion). Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan
dapat dijumpai dalam air dan senyawa-senyawa organik. Hidrogen sangat penting
dalam reaksi asam basa yang mana banyak reaksi ini melibatkan pertukaran proton
antar molekul terlarut. Oleh karena hidrogen merupakan satu-satunya atom netral
yang persamaan Schrödingernyadapat diselesaikan secara analitik, kajian pada
energetika dan ikatan atom hidrogen memainkan peran yang sangat penting dalam
perkembanganmekanika kuantum.
Aplikasi sejumlah besar H2 diperlukan dalam industri
petrokimia dan kimia. Penggunaan terbesar H2 adalah untuk memproses bahan bakar
fosil dan dalam pembuatan ammonia. Konsumen utama dari H2 di kilang petrokimia
meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi, dan penghidropecahan
(hydrocracking). H2 memiliki beberapa kegunaan yang penting. H2 digunakan sebagai
bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan dalam lemak takjenuh
dan minyak nabati (ditemukan di margarin), dan dalam produksi metanol. Ia juga
merupakan sumber hidrogen pada pembuatanasam klorida. H2 juga digunakan sebagai
reduktor pada bijih logam.
Selain digunakan sebagai pereaksi, H2 memiliki penerapan
yang luas dalam bidang fisika dan teknik. Ia digunakan sebagai gas penameng di
metode pengelasan seperti pengelasan hidrogen atomik. H2 digunakan sebagai
pendingin rotor di generator pembangkit listrik karena ia mempunyai
konduktivitas termal yang paling tinggi di antara semua jenis gas. H2 cair
digunakan di riset kriogenik yang meliputi kajian superkonduktivitas. Oleh
karena H2 lebih ringan dari udara, hidrogen pernah digunakan secara luas
sebagai gas pengangkat pada kapal udara balon.
Baru-baru ini hidrogen digunakan sebagai bahan campuran
dengan nitrogen (kadangkala disebut forming gas) sebagai gas perunut untuk
pendeteksian kebocoran gas yang kecil. Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang
otomotif, kimia, pembangkit listrik, kedirgantaraan, dan industri
telekomunikasi. Hidrogen adalah zat aditif (E949) yang diperbolehkan
penggunaanya dalam ujicoba kebocoran bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.
Isotop hidrogen yang lebih langka juga memiliki aplikasi
tersendiri. Deuterium (hidrogen-2) digunakan dalam reaktor CANDU sebagai
moderator untuk memperlambat neutron. Senyawa deuterium juga memiliki aplikasi
dalam bidang kimia dan biologi dalam kajian reaksi efek isotop. Tritium (hidrogen-3)
yang diproduksi oleh reaktor nuklir digunakan dalam produksi bom hidrogen,
sebagai penanda isotopik dalam biosains, dan sebagai sumber radiasi di cat
berpendar.
Suhu pada titik tripel hidrogen digunakan sebagai titik
acuan dalam skala temperatur ITS-90 (International Temperatur Scale of 1990)
pada 13,8033 kelvin.
Ø Pembawa
energi
Hidrogen bukanlah sumber energi, kecuali dalam konteks
hipotesis pembangkit listrik fusi nuklir komersial yang menggunakan deuterium
ataupun tritium, sebuah teknologi yang perkembangannya masih sedikit. Energi
Matahari berasal dari fusi nuklir hidrogen, namun proses ini sulit dikontrol di
bumi. Hidrogen dari cahaya Matahari, organisme biologi, ataupun dari sumber
listrik menghabiskan lebih banyak energi dalam pembuatannya daripada
pembakarannya. Hidrogen dapat dihasilkan dari sumber fosil (seperti metana) yang
memerlukan lebih sedikit energi daripada energi hasil pembakarannya.
1.2 Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang
ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik
bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan
danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002)
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Jenis-jenis proses produksi
ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat
dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan
proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat
dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi
produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses
produksi terputus-putus (Intermettent processes).
1.2.1 Dasar Pemisahan Campuran
Zat atau materi dapat dipisahkan dari campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan campuran atau dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut:
a) Perbedaan ukuran partikel
Jika ukuran partikel suatu zat yang
diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencampur), dapat
dipisahkan dengan metode filtrasi
(penyaringan). Untuk keperluan ini kita harus mengunakan penyaring dengan
ukuran yang sesuai. Partikel zat hasil akan melewati penyaringan dan disebut
hasil penyaringan sedangkan zat pencampurnya akan terhalang dan disebut residu.
b) Perbedaan titik didih
Untuk memisahkan campuran zat yang
memiliki perbedaan titik didih, kita dapat melakukannya dengan menggunakan
metode destilasi. Zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan terlebih
dahulu menguap. Jika yang kita inginkan adalah zat yang memiliki titik didih
yang lebih tinggi, maka langkah selanjutnya kita mengembunkan uap dari zt
tersebut (pendinginan) dan mengalirkannya kewadah tertentu. Jika yang kita
inginkan adalah zat yang memiliki titik didih lebih rendah, maka kita cukup
memanaskan campuran tersebut saja. Sampai suhu mencapai titik didih zat yang
akan dicari.
c) Perbedaan
kelarutanu zat
Suatu zat yang selalu memiliki
spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam
pelarut A tapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum
pelarut dibagi menjad dua, yaitu pelarut polar (pelarut yang memiliki kutub)
dan pelarut nonpolar (pelarrut organic) seperti alkohol, methanol, eter dan
kloroform.dengan prinsip perbedaan kelarutan, kita dapat memisahkan campuran
dari pelarut tersebut.
d) Perbedaan pengendapan
Suatu zat memiliki kecepatan
mengendap yang berbeda dalam larutan yang berbeda. Zat yang memiliki berat
jenis lebih besar daripada pelarutnya akan mudah mengendap. Bila dalam suatu
campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang
berbeda, maka pemisahan campuran tersebut dapat dilakukan dengan metode
sedimentasi atau sentrifugsi (pemusingan). Jika dalam campuran terdapat lebih
dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi yang
akan dikombinasikan dengan metode filtrasi.
e) Difusi
Dua macam zat berwujud cair atau gas
bila dicampur dapat berdifusi satu sama lain. Aliran ini dapat dipengaruhi oleh
muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besar tegangan nya
maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil kearah tertentu untuk
memperoleh zat yang murni. Metode pemisahan campuran dengan menggunakan bantuan
listrik disebut elektrodialisis. Selain itu, kita mengenal juga istilah
elektroforesis, yaitu pemisahan zat yang berdasarkan banyaknya nukleotida
(satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis, menggunakan suatu
media yang disebut gel agarosa.
f) Adsorpsi
Adsorpsi merupakan penarikan suatu
zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorpsian.
Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau
organisme.
Metode
Pemisahan Standar
Tidak ada cara unik untuk memisahkan
campuran menjadi komponennya. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan
perbedaan sifat kimia dan fisika masing-masing komponen titik kritisnya dapat
menggunakan perbedaan sifat yang sangat kecil.
a) Filtrasi
Biasanya filtrasi alami yang
digunakan, misalnya sampel yang akan disaring dituang kecorong yang didasarnya
ditaruh kertas saring. Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan tinggal
diatas kertas saring. Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dilakukan
dengan penghisapan. Digunakan alat khusus untuk
mempercepat filtrasi dengan menvakumkan penampung filtrat yang
digunakan. Filtrasi dengan penghisapan tidk cocok bila cairannya adalah pelarut
organic mudh menguap. Dalam kasus ini, tekanan
perharus diberikan pada permukaan cairan atau larutan.
b) Adsorpsi
Tidak mudah menyingkirkan partikel
yang sedikit dengan filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung
menyumbat penyaringannya. Dalam kasus ini direkomendasikan penggunaan
penyaringan yang secara selektif mengadsorpsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan
penyaring apapun akan bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob
dan memiliki kisi yang kaku. Celit, keramik diatom, dn tanah liat teraktivasi
sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan
dapat mengadsorpsi banyak senyawa organic dan sering digunakan untuk
menyingkirkan zat yang berbau dari udara atau air. Silika gel dapat
mengadsorpsi air dan digunakan meluas sebagai desikan.
c) Rekristalisasi
Metode ini cukup sederhana, material
padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat
dengan titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekt jenuh.
Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karna
kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan pengotor
tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi
untuk mencapai januh.
Saran
untuk membantu rekristalisasi :
Ø Kelarutan
material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang besar pada
suhu.
Ø Kristal
tidak harus dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin terbentuk
super jenuh.
Ø Untuk
mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut polar
lebih disarankan. Namun, pelarut nonpolar cenderung merupakan larutan yang
buruk untuk senyawa polar. Kita harus hati-hati bila menggunakan pelarut polar.
Ø Pelarut
dengan titik didih rendah umumnya lebih
diinginkan. Namun, sekali lagi pelarut
dengan titik didih lebih rendah biasanya nonpolar. (Tekeuchi, 2006)
d) Destilasi
Destilasi adalah metode pemisahan
zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses
destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya
mempunyai perbedaan titik didih yang cukup tinggi. Pada pemisahan campuran dari
dua cairan yang menguap atau yang titik didihnya berdekatan lebih banyak
persoalannya sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara
yang sering digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi
bertingkat, yaitu proses dimana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan
dan diembunkan. Dalam proses ini campuran dididihkan pada kisaran suhu tertentu
pada tekanan uap yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni yang berasal
dari satu komponen tetapi masih mengandung campuran kedua komponen dengan
komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Bila sebagian cairan yang telah dididihkan
uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi menjadi tilatdua bagian. Bagian
pertama terdiri dari uap yang terembun disebut destilat, dan mengandung lebih
banyak komponen yang nudah menguap disbanding cairan aslinya. Bagian kedua
adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak
komponen yang sukar menguap. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai
akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap.
Pada
pemisahan campuran yang membentuk larutan non ideal dapat menunjukan prilaku
yang lebih rumit. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan secara menyeluruh
kedalam komponen-komponennya, karena bila dididihkan campuran akan mendidih
dengan konstanta campuran semacam ini disebut azeotrop, yaitu campuran yang
mendidih pada suhu konstan dangan komposisi yang konstan.
e) Ekstraksi
Ekstraksi mempunyai peranan yang
penting dalam laboratorium dan teknik. Di dalam laboratorium ekstraksi pelarut
digunakan untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut
organic yang tidak bercampur dengan fase air seperti : eter, kloroform, dan
benzene. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan suatu spesi yang
dalam larutan air terlalu encer untuk dianalisa.
1.3 Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti
bahan perekat. Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan perekat atau lem,
yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata dan batu
koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara
umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat
bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo
Pangaribuan, Holcim)
Ø Jenis-jenis
semen dan fungsinya
1.
Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I
digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus
terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan
air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan
rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan
lain-lain.
2.
Semen PortLand type II
Fungsi semen portland type II
digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20
% ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan
dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan
jembatan.
3.
Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III
digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi
pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan
beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4.
Semen Portland type IV
Fungsi Semen Portland type IV
digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas
harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat
kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti
ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan
faktor kritis.
5.
Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai
untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat
melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga
nuklir.
6.
Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk
konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal
K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow
brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
7.
Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Merupakan semen Khusus yang
digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi
sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi adalah
class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai ” BASIC OWC” .
adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan
temperatur.
8.
Portland Composite Cement (PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu
portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat digunakan secara luas untuk
konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan bertingkat, struktur
jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak,
pasangan bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick,
batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah
sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan
permukaan acian lebih halus.
9.
Super ” Portland Pozzolan Cement” (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu
semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat
digunakan secara luas seperti :
-
konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
-
Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat ( Bangunan
tepi pantai, tanah rawa) .
-
Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
-
Pekerjaan pasangan dan plesteran.
Ø Proses
Pembuatan Semen
Secara
umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :
1. Tahap
penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur, tanah
liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan menggunakan
alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen
2. Bahan
mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk
3. Bahan
kemudian dipanaskan di preheater
4. Pemanasan
dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker
5. Kristal
klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker
ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-bola
baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus
7. Klinker
yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip tangki
minyak pertamina)
8. Dari
silo ini semen dipak dan dijual ke
konsumen.
1.4 Pupuk
Ø Pembuatan
Pupuk Urea
Pembuatan pupuk urea memerlukan teknologi tinggi dengan
sistem produksi dan menejemen yang transedental. Pupuk urea secara umum dibuat
dari bahan baku berupa gas karbon dioksida (CO2) dan cairan amoniak (NH3).
Suplai bahan baku karbon dioksida dilakukan secara sintetis, sedangkan suplai
cairan amoniak dipenuhi dari pabrik amoniak yang biasanya terletak tidak jauh
dari pabrik pembuatan pupuk urea.
Pada dasarnya, proses pembuatan pupuk urea melalui 6 unit
tahapan yaitu unit sintesa, unit purifikasi, unit kritaliser, unit prilling,
unit recovery, dan unit kondensat treatment. Ke enam tahapan tersebut secara
rinci adalah sebagai berikut:
1. Unit
Sintesa
Unit sintesa adalah unit terpenting dalam proses
pembuatan pupuk urea. Unit ini bekerja untuk mereaksikan gas karbondioksida
dengan cairan amoniak. Pereaksian kedua bahan baku pupuk urea tersebut
dilakukan di dalam urea reaktor yang kedap udara bertekanan 175 kg/cm2 G. Selama
proses reaksi, recycle katalisator berupa karbamat yang berasal dari unit
recovery dimasukan ke dalam urea reaktor. Setelah selesai, hasil sintesa urea
kemudian di kirim ke unit purifikasi untuk memisahkan Ammonium Karbamat dan
amonia berlebih setelah stripping CO2 dilakukan.
2. Unit
Purifikasi
Unit purifikasi adalah unit yang bekerja memisahkan
Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan Ammonia dari hasil unit
sintesa. Pemisahan dilakukan dengan 2 langkah penurunan tekanan secara berkala,
yaitu 17 kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2 G. Hasil purifikasi yang berupa gas
karbondioksida dan cairan amoniak lalu dikirim ke unit recovery, sedangkan
larutan urea dikirim ke unit kristaliser.
3. Unit
Kristaliser
Unit kristaliser adalah unit yang bekerja mengkristalkan
larutan urea yang dikirim dari unit purifikasi. Pengkristalan dilakukan secara
kedap udara, lalu kristal urea yang dihasilkan dipisahkan dengan cara
sentrifugasi. Kristal urea kemudian dikirim ke unit prilling.
4. Unit
Prilling
Unit prilling adalah unit yang bekerja membentuk kristal
urea menjadi urea butiran (urea prill). Kristal urea yang datang dari unit
kristaliser di keringkan hingga minimal 99,8% dari berat awalnya dengan udara
panas. Pengeringak kemudian dilakukan menggunakan udara dingin hingga terbentuklah
butiran-butiran urea yang selama ini kita lihat. Urea butiran tersebut kemudian
dikirim ke bagian bulk storage melalui belt conveyor.
5. Unit
Recovery
Unit recovery adalah unit yang berguna mendaur ulang gas
amoniak (NH3) dan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari unit
purifikasi. Daur ulang dilakukan dengan 2 tahap absorbsi melalui Mother Liquor. Gas hasil daur ulang kemudian dikirim
kembali ke unit sintesa.
6. Unit
Kondensat Treatment
Unit kondensat treatment adalah unit yang bekerja mendaur
ulang sejumlah kecil kondensat urea, uap air, karbondioksida, dan amoniak yang
terbuat saat proses kritalisasi dilakukan. Gas NH3 dan CO2 yang dihasilkan dari
kondensat kemudian dikirim ke unit purifikasi untuk diolah kembali, sedangkan
air kondensat dikirim ke unit utilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar